Makhluk halus pun nampaknya perlu
bertransaksi antar sesamanya. Buktinya ada Pasar Setan yang selalu ramai
tiap malam di puncak merbabu. Hanya isapan jempol? Misteri
membuktikannya sendiri.
Pasar Setan! Sepertinya
perkataan ini sangat naif didengar telinga kita. Tapi fenomena ini sudah
lama beredar di lingkungan masyarakat yang tinggal di lereng Merbabu,
salah satu gunung yang sangat dikeramatkan di Tanah Jawa. Konon di
puncak, atau barangkali juga di salah satu bagian gunung ini terdapat
apa yang dinamakan Pasar Setan. Benarkah begitu? Ini cukup membuat
penasaran.
Bersama Team Mapala (Mahasiswa Pecinta
Alam) dari salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat, Misteri
berkesempatan mencoba memastikan tentang keberadaan Pasar Setan Puncak
Merbabu itu. 29 Maret 2001 rombongan Mapala berangkat. Team tersebut
berjumlah 9 orang, sudah termasuk Misteri. Mereka adalah: Rudi, Irwan,
Jimmy, Edwin, Rahmad, Thomas, Amin Ridwan, Sutrisno. Mereka tergabung
dari berbagai Fakultas.
30 Maret, saat matahari terbit
di langit ufuk Timur kami telah sampai di Kaki gunung Merbabu.
Alhamdulilah perjalanan berlangsung sangat tancar tanpa aral melintang.
Sebagai langkah pertama, kami mulai beradapfasi dengan penduduk di
sekitar kaki Gunung Merbabu, yang sebagian besar masih berbahasa Jawa
totok. Maksud tujuan kami beradaptasi yang terutama adalah untuk
mengetahui informasi seluk-beluk tentang kepercayaan adanya Pasar Setan
di puncak Merbabu sana. Tak banyak hal yang berhasil kami sadap sekaitan
fenomena tersebut. Yang pasti, seusai memperoleh berbagai informasi
tentang segala sesuatu di Merbabu, kami membuat rencana pendakian.
Sambil menyusun rencana
pendakian, untak melepas lelah kami istirahat satu hari satu malam. Baru
pada paginya, tepat jam 08 kami mulai mendaki. Kondisi team saat
mendaki tak jauh bedanya dengan TNI ketika latihan perang.
Ketika kami sampal di sebuah
area, yang menurut warga setempat disebut Ketong Songo, kami menemui
kejadian yang ganjil. Kenyataan ini membuat kami sangat penasaran.
Ketika berada di area ini, kami bertemu dengan jasad lelaki yang telah
meninggal. Posisi mayat tersebut dalam keadaan semedi. Anehnya, tubuh
lelaki ini sama sekali tidak menebarkan bau busuk. Hanya pakaiannya yang
nampak lusuh dengan tubuh nampak kering kerontang. Benarkah apa yang
telah kami lihat? Ini benar kasat mata nyata adanya. Semua anggota tim
melihatnya.
Mungkin, keadaan tubuh lelaki
paroh baya itu telah sedingin es. Misteri mencoba mengambil gambar jasad
tersebut dengan jepretan kamera. Hampir saja jantung ini copot. Betapa
tidak, ketika Misteri menekan tombol kamera, tiba-tiba jasad tadi lenyap
begitu saja, entah kemana. Kejadian aneh ini disaksikan oleh seluruh
anggota tim. Melihat kenyataan ini, beberapa anggota tim tak dapat
menutupi perasaan takut. Mereka mengusulkan agar pendakian dibatalkan.
Setelah musyawarah, keputusan
yang diambil pendakian akan tetap diteruskan. Kami berpegang pada
prinsif awal, bahwa kedatangan kami ke Merbabu bukan dengan tujuan tidak
baik, apalagi ingin berbuat onar. Dan yang pasti, kami sepakat untuk
selalu mengingat pesan yang diwanti-wantikan oleh salah seorang tetua
warga yang kami temui di lereng kemarin, bahwa sepatah katapun kami
tidak boleh berkata yang berbau melecehkan keadaan setempat. Juga
diwanti-wani agar bila bertemu atau menjumpai apapun kani diminta diam,
tak perlu banyak komentar apalagi menduga yang tidak-tidak.
Bismillah! Akhirnya, kami
melanjutkan pendakian. Beberapa jam kemudian kami sampai di Tanjakan
Setan. Di tempat ini lebih mencekam lagi, mana kala kami beristirahat
dan merebahkan tubuh kami di bawah tenda. Keputusan beristirahat ini
kami ambil karena hari telah memasuki senja.
Malam hari, sebuah kejadian aneh
kembali berlangsung. Persis pada tengah malam. Rudi yang terjaga dari
tidur mengaku melihat ada 5 jasad perempuan yang seperti menempel di
atas perbukitan dekat kami berkemah.
Rudi yang terkenal sangat
pemberani pelan-pelan membangunkan anggota tim yang lain, termasuk
Misteri. Namun apa yang terjadi, manakala kami semua telah bangun, ke
lima jasad yang tertempel itu pun lenyap. Tapi, Misteri sendiri sempat
melihatnya. Kelima jasad perempuan itu sepertinya telah lama mati. Tubuh
mereka kurus kering dengan pakaian compang-camping. Entah siapa mereka,
Misteri tak berani menyusun dugaan.
Pagi harinya, dari Tanjakan
Setan Misteri mencoba membidikan kamera untuk merekam alam sekitar
Merbabu. Usai itu kami pun mulai melanjutkan perjalanan menuju Pasar
Setan. Di tengah-tengah perjalanan, Thomas yang telah diperingatkan agar
tidak memakai baju merah, rupanya nekad memakai baju larangan tersebut.
Ujung-ujungnya, Thomas kesasar ketika hendak membuang air kecil di
dekat salah satu pohon. Dia kesasar sekitar 250 meter. la baru datang
hampir sejam lamanya setelah kami duluan sampai di Pasar Setan.
Pasar Setan! Sebenamya tidak ada
yang istimewa dengan tempat berjuluk menyeramkan ini, terutama pada
saat siang. Secara kasat mata semuanya biasa-biasa saja. Hanya bentangan
perbukitan dengan pohon-pohon besar dan kecil, juga semak-belukar yang
merimbun.
Namun, ketika malam hari tiba,
semuanya berubah. Perubahan tersebut terjadi pada suhu udara yang
mendadak sangat dingin, begitupun keadaan di tenda-tenda kami yang tak
jaun dari titik lokasi. Sekitar 300 meter. Dan, malam Itu, sepertinya
kami mendengar sebuah keramaian. Dengan sistim perseparoh anggota, kami
memastikan arah keramaian tersebut. Teryata setelah kami lihat dari
atas, terlihat di bawah kami nampak suasana sebuah pasar, tepatnya
berada di Tanjakan Setan yang telah kami lewati senja tadi.
Astagfirullah! Bagaimana bisa kenyataan ini terjadi dalam kebenaran yang
sesungguhnya?
Kami hanya bisa diam seribu
bahasa. Kami berkeinginan memberanikan diri memasuki Pasar Setan itu.
Tapi, untuk menuju ke sana pada malam hari jelas tidak mungkin. Di
samping medannya yang cukup berat, juga kemungkinan adanya resiko gaib.
Akhirnya, kami hanya bisa memandangi Pasar Setan dari kejauhan.
Sekitar 20 menit kami kembali ke
tenda. Anggota tim yang sejak tadi berada di tenda ingin tahu juga
tentang keberadaan, pasar dedemit tersebut. Setelah beberapa jam
kemudian anggota tim kedua ini kembali ke tenda, mereka menyatakan jika
pasar itu masih ada. Suara keramaian pasar tersebut tidak kedengaran
lagi manakala tim Mapala menyalakan api unggun.
Pagi harinya, karena penasaran
dengan keadaan semalam, kami turun dan mendatangi lokasi Pasar Setan
tersebut. Sesampai di tempat tersebut, kami tidak menemukan apapun.
Jangankan bekas sampah dari berbagai jenis makanan yang mereka jual,
gubug dan barak-baraknya pun tidak ada, apa lagi gerobak bakso. Padahal,
semalam kami melihat pasar tersebut sangat lengkap. Ada yang jualan es,
penjual bakso, penjual soto, penjual sayur-sayuran, penjual buah-buahan
dan sebagainya.
Menurut keterangan warga
setempat ke beradaan Pasar Setan tersebut memang ada. Dan ini sudah
tidak asing lagi. bagi-warga yang mukim di lerang Merbabu. Sementara
itu, menyangkut lima jasad wanita yang menempel di perbukitan dan
seseorang yang mati dalam posisi bersemedi tersebut, beberapa warga
setempat menyatakan bahwa sebenarnya di Pasar Setan tersebut, sering
menelan korban. Namun kejadian tersebut sengaja dirahasiakan oleh warga
setempat. Karena bila mereka membocorkan rahasia tersebut, pasti akan
menerima musibah. Entah sakit, entah meninggal. Makanya, mereka lebih
menyayangi nyawa mereka dari pada membocorkan rahasia.
Konon, kebanyakan korban menimpa
pada orang yang bermaksud mencari pesugihan, atau orang yang tidak ijin
ketika hendak memasuki Pasar Setan. Makanya, warga selalu mengingatkan
para pendatang, pendaki, atau pencari pesugihan, agar sebelum memasuki
lokasi Merbabu harus memberi salam terlebih dahulu. Bagi yang belum
pemah mendaki Merbabu, mungkin sulit percaya dengan adanya Pasar Setan
tersebut. Tapi jika ingin bukti, silahkan saja daki Merbabu.
Sumber : realitycentre.blogspot.com
serem nih :v, untung ane di jkt :3
ReplyDeletehohoho untuk ane di bandung ^_^
DeleteThanks gan sudah membaca artikel "Misteri adanya Pasar Setan Dipuncak Gunung merbabu".
ReplyDelete